Semakin
lama kok semakin rasis aja. Bukan rasis ke aku sih, tapi ke orang lain. Ingat,
di atas langit itu masih ada langit lho. Pernah kepikiran nggak perasaan mereka
gimana kalo terus-terusan dirasisin kayak gitu? Mereka juga punya hati woy.
Bukan berarti aku ngebelain mereka, tapi perbuatan ini nggak adil. Kita ini lho
sebenarnya sama, cuma karakter aja yang bikin kita punya khas sendiri-sendiri.
Cuma yang nggak habis pikir itu gimana perasaan mereka yang udah dirasisin?
Mereka gak berhak dapet perlakuan kayak gitu, kita kan sama-sama manusia terus
kenapa gegara perbedaan aja kita gak bisa nerima satu sama lain? Jangan
sekali-kali nyalahin perbedaan lah, ini lho yang bikin aku geregetan. Dibalik
makna perbedaan selalu ada persamaan yang mendominan. Bersaing sih boleh, tapi
juga harus dengan cara yang sehat ya?! Jangan karena perbedaan malah
menjatuhkan satu sama lain. Itu namanya egois, menomorsatukan dirinya sendiri
tanpa menengok hal-hal yang ada di sekitarnya. Ingat, kita ini makhluk sosial,
interaksi antar manusia sangat dibutuhkan demi kepentingan hidup. Layaknya
simbiosis, bener gak? Lebih tepatnya simbiosis mutualisme. Rasis itu juga
simbiosis, tapi simbiosis parasitisme, tingkat merendahkan orang lain yang
sangat tinggi...
Memang
manusia tidak ada yang sempurna, tapi setidaknya berbuatlah baik kepada sesama,
tak peduli seberapa harga dari kebaikan itu sendiri. Jangan pernah meminta
imbalan. Ya meskipun kita dibully atau direndahkan tetaplah berbuat baik,
karena itulah yang akan dikenang oleh mereka. Apa yang kita lakukan sekarang
akan berdampak dan terkenang di kemudian hari. Berbuatlah kebaikan karena
itulah yang akan dikenang oleh mereka kelak. Itulah bagian dari diri kita. Di
sana ada terang dan di sana ada gelap, mana yang akan kalian pilih?
Ingat,
rasis juga merupakan bentuk dari kepuasan diri terhadap apa yang dimiliki namun
ia memperlihatkan apa yang dimilikinya dengan cara merendahkan atau menganggap
remeh sekitarnya.
Padahal
yang boleh sombong itu hanya Allah, soalnya Allah punya segalanya, sedangkan
kita?
Padahal
sosok yang sempurna itu hanya Allah, lalu mengapa kita berusaha terlihat paling
sempurna di mata orang lain?
Padahal
Allah sudah memberikan kita perasaan yang artinya kita bisa lebih peka terhadap
sesama tapi mengapa kita tidak menggunakannya?
Di atas langit masih ada langit bro, gak pantes kalau kita bersikap
rasis!
Inspired by :
Niar, Fifi, Tita, Della, Tika, Agnes, Ichak, dan lain
sebagainya.
Peres
Sar Arin ‘14
0 comments:
Posting Komentar