Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 28 Februari 2015

We've all been hurt by words before. Termasuk pujian dan kritikan. Kalo kata Kak Bernard Batubara sih, "Jawablah kritikan dengan karya." :)
Dan yang lebih mengena itu, bahkan pujian yang terus menerus lebih membahayakan daripada kritik yang tajam (nulisbuku, 2015).
Jadiii lebih baik menerima kritik yang pedas demi membangun kualitas diri yang lebih baik dan alangkah istimewanya jika dibumbuhi dengan pujian yang tulus dan sekadarnya, bukan mengada-ada lho ya atau cuma bikin orang lain impressed dengan tanggapan kita, wah itu salah besar.
Ingat, mereka yang memujimu bisa saja menjatuhkanmu dari belakang. Dan seperti kata Kak Dofir, pembimbing team PKM, "Lebih baik dijatuhin sejatuh-jatuhnya di awal jadi waktu sudah sampai puncak kalian akan jadi yang terhebat, dan strong!"

Kamis, 26 Februari 2015

This is why I shouldn't get on social media, I see things that ruin my day...
Kinda hurts but whatever, thought it was pretty obvious...

Rabu, 25 Februari 2015

You don't understand they won't let me come back. If I go out there, I'm stuck.

Setelah aku tau, ternyata persaingan teramat ketat. Ada begitu banyak tuntutan dari masing-masing individu, pencapaian besar yang diharap-harapkan, sehingga berbagai macam cara dilakukan untuk survive di atas persaingan itu sendiri. Iya, hal ini sering terjadi. Ketika harapan sudah benar-benar disusun rapi dalam kotak keambisiusan dan berpikir bahwa semua akan berjalan sesuai rencana. Namun tidakkah kita ingat bahwa di sana akan selalu ada pengintai yang ingin membuka kunci kotak keambisiusan kita. Pencuri? Penghancur? Entahlah... Hingga pada akhirnya kita memahami bahwa kita membutuhkan pelindung besi yang menyelubungi kotak tersebut. Namun tidakkah kita ingat bahwa setiap manusia memiliki akal? Demi membuka dan mengambil kotak tersebut...
Setelah tau bahwa harapan-harapan kita perlahan sirna dan persaingan semakin menyakitkan. Setelah mengerti bahwa kotak keambisiusan kita diambil orang lain, apa yang kita rasakan? Kecewa? Marah? Ikhlas? Benci? Hancur? Aku harap itu hanya emosi belaka yang tidak berdampak untuk harapan-harapan dikemudian hari...
Jujur saja, aku merasa kecewa dengan persaingan yang tidak terduga ini. Aku tidak menyebutnya sebagai pencuri, hanya saja aku sangatlah bodoh. Bagaimana bisa hal ini terjadi? Ketika pengkhianatan terjadi di depan mata, kamu hanya mampu melihat dan "Hei, bisa-bisanya kamu melakukan hal ini padaku?" dan kekecewaan tidak membuahkan hasil.
Sebuah populasi dengan banyak individu di dalamnya. Apa yang terjadi? Persaingan.
Sebuah tim dengan banyak harapan yang berjejer rapi. Apa yang terjadi? Yakin kekompakan? Bagaimana jika terjadi persaingan dan pengkhianatan di dalamnya?
Seberapa banyak usaha untuk menyatukan individu-individu di suatu populasi namun jika kepercayaan sudah mulai pudar, apa kita akan memaksa? Dan jika aku boleh mengartikan, paksaan yang telah terinterupsi dengan banyak tekanan dan kepercayaan yang telah sirna termasuk tindakan kriminal. Bukankah setiap manusia memiliki hak untuk menciptakan harapan-harapan mereka, lalu mengapa dipaksa dengan persaingan yang berujung pengkhianatan? Percayalah, bahwa kecewa itu menguatkan.
Di setiap persaingan akan selalu ada harapan baru yang terbentuk dan kita harus bisa survive dengan persaingan yang "bersih", sehingga kesempatan dan pencapaian akan menghampiri dengan sendirinya.

Minggu, 15 Februari 2015

Kesempatan

Teruntuk, kesempatan.

Bukan sekedar keinginan
Bukan sekedar angan
Tolong, datanglah
Belum cukup usaha
Belum cukup untaian doa
Tolong, bantulah

Datanglah padaku, kesempatan
Dimana aku bisa menjumpaimu?
Untuk sekali saja
Jangan menyuruhku untuk membelimu
Maka aku akan membayarmu dengan usaha dan ketulusan
Jangan menyuruhku untuk membelimu
Karena uang akan terasa sia-sia bagiku

Dengan banyak tumpukan dan tumpuan
Aku mengandalkanmu, kesempatan
Sekali ini saja, datanglah padaku
Aku harus membantu mereka

Bahkan untuk menunggu kesempatan
Mengapa teramat menyakitkan
Tolong...
Aku menggantungkan hidupku untukmu, kesempatan
Demi mereka

Tertanda, yang menantikan momentum

Sabtu, 14 Februari 2015

Untukmu yang (kurasa) kukenal

Teruntuk, kau yang diam-diam (masih) mendoakannya.

Hai, ini aku. Kau pasti mengenalku bukan? Ah tidak.. kata mengenal seperti terasa asing bagi kita. Aku mengetahuimu semenjak kita menduduki tahun kedua di SMA, dan aku lebih ‘merasa’ mengenalmu ketika salah seorang kenalanku berbicara banyak tentangmu. Setelah kutangkap ternyata kalian adalah teman dekat di kelas yang sama, Bahasa.
Entah mengapa di hari ke 14 bulan Februari ini suratku tertuju padamu. Ah iya, tepat di hari Valentine. Haha ini bukan suatu kesengajaan, hanya saja aku ingin menuliskannya. Apa itu berarti kau termasuk orang yang kukasihi? Ya semoga... aku ingin bersahabat denganmu, bertukar ide dengan beberapa kesamaan dalam diri kita.
Jadi begini, kebiasaan burukku yang sudah menjadikannya candu terulang kembali. Membuka salah satu akun media sosial lalu aku menemukan sesuatu yang menarik rasa penasaranku. Benar-benar keterlaluan bukan? Hehe, tapi aku beruntung rasa penasaranku ini berujung padamu.

Jumat, 13 Februari 2015

Pelipur laraku

Teruntuk, pelipur lara.

Aneh..
Sosokmu selalu membayangiku
Aneh..
Tawamu selalu terbayang" di benakku
Aneh..
Tidak pernah kuberhenti memikirkanmu
Aneh..
Bayanganmu selalu menuntunku
Aneh..
Suaramu terus terekam di benakku
Aneh..
Aroma tubuhmu selalu melekat pada indera penciumanku
Aneh..
Bahkan di saat aku terluka
Kau menutupnya dengan cara yg berbeda
Aneh..
Bahkan ketika kau jauh
Bahkan ketika dunia perlahan sirna
Kau selalu mengendap" dalam jiwa
Menuntunku untuk tetap berjalan

Terima kasih,
Memikirkanmu sudah cukup membuat semangatku bangkit kembali
Tidak peduli seberapa besar kekhawatiranku

Maaf,
Setiap kali kau bertanya, "kenapa?"
Bibirku terkatup
Aku hanya perlu mendewasakan diri
Bukan masalah besar, jadi tenang saja

Terima kasih kau selalu membuatku tersenyum
Aku membayangkanmu di sini, menepuk bahuku dan berkata dengan penuh keyakinan "Semua akan baik-baik saja."
Aku terbayang-bayang akan leluconmu yg selalu berhasil membuat tawaku meledak
Dan bayanganmu akan selalu berada di sini
Duduk berdampingan, mengamati senja di suatu taman kota

Aku mulai terbiasa, tapi tetap saja aku merindukanmu
Baik-baiklah di sana
Tetaplah menjadi kado terbaikku sepanjang waktu
Janji kelingking?

Tertanda, yang selalu mendoakanmu.

Kamis, 12 Februari 2015

Pertanyaan dan jawaban

Untukmu yang menagih jawaban.

Lalu apa yang dicari?
Alasan sudah tepat, namun asumsi kurang kuat
Sekali didengar, seterusnya disangkal
Jika begitu, membisu sudah cukup menjelaskan bukan?

Tertanda, yang menerima pertanyaan.

Penikmat kebebasan

Untukmu yang menikmati kebebasan.

Kebebasan yang kau maknai sendiri
Tidak dikejar, tidak diusut, tidak apatis
Hingga kau terperangkap, bukan terkurung
Bebas tapi tak lepas
Lalu, apakah terbatas?

Tertanda, pendamba kebebasan.

Rabu, 11 Februari 2015

Untukmu yang menarik pelatuk

Teruntuk, sosok yang menarik pelatuk

Mengapa?
Mudahkah bagimu menarik pelatuk dari mulutmu?
Mengapa?
Pantaskah untuk kudengarkan?

Jika aku yang menarik pelatuk
Apakah setimpal?

Akan kuberi sebuah pistol FN-10 berisi 5 peluru
Todongkan dengan penuh keyakinan
Tariklah pelatuknya tanpa ragu
Arahkan tepat ke kepalaku !!

Tertanda, yang tidak merelakanmu mati.

Untukmu, pemegang kendali

Teruntuk Tuan yang sedang memegang kendali,

Terima kasih telah menerimaku kembali dengan kedudukan yang sama seperti sebelumnya
Terima kasih telah mempercayaiku untuk menorehkan setiap kata di atas lembar kosong yang telah engkau delegasikan

Sungguh, aku sangat takjub padamu apalagi dengan komitmenmu yang sangat tinggi
Membagikan setiap tugas sesuai porsi, berbincang ke sana kemari, berurusan dengan mitra lain
Hingga aku mengerti betapa letihnya dirimu saat itu
Namun engkau tetap bersikeras, bagaimanapun juga apa yang telah menjadi tanggung jawabmu akan kau pegang seerat mungkin

Sungguh, kau sosok yang hebat Tuan
Sejak detik pertama engkau mengajakku bekerja sama, aku tahu bahwa setiap ide yang kau utarakan akan menjadi secercah cahaya bagi kami
Dan lagi, terima kasih telah memberiku wadah untuk berkarya

Tapi, maafkan aku Tuan
Pendelegasianmu tidak bisa aku terima secara utuh
Maafkan aku Tuan telah merombak rencana awalmu
Dunia yang tetap sama namun semesta di dalamnya tak lagi sama
Tapi, begini lebih baik
Kau bersama rekan yang lain bisa melangkah jauh tanpa ada konsekuensi

Terima kasih telah menjadi akar atas ide kami selama ini
Tanpamu, prioritas untuk tetap maju perlahan akan tertarik ke belakang
"Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil."
Pegang kalimat itu Tuan, niscaya team Tuan akan berhasil, aku mempercayaimu Tuan

Terima kasih telah memusnahkan kehampaan
Selamat berjuang, untuk beberapa pekan dari sekarang

Tertanda, yang akan selalu mendorong team Tuan dari belakang

Senin, 09 Februari 2015

Hei imajinasi,
Mengapa kamu datang di saat seperti ini
Ketika terlalu banyak ide yang menyeruak
Hingga proposal terbengkalai
Sedikitlah mengerti
Deadline sedang menanti
Namun flash fiction membuatku jatuh hati

Salam,
Perangkai kata yang kewalahan.

Untukmu yang bergigi ompong

Senin, 09 Februari 2015

Untukmu yang bergigi ompong
Berbaring di atas kasur empuk seraya menikmati alunan musik dari radio kesayanganmu
Terima kasih telah menemaniku hari itu
Mendengarkan celotehan yang tak kunjung usai

Untukmu yang bermahkota uban
Terima kasih sudah mendoakanku terus-menerus
Mengharapkan yang terbaik untuk ke depannya

Untukmu yang menyukai lontong
Maafkan aku yang akhirnya membuatmu mengonsumsi keripik
"Sampai lupa rasanya keripik ini.", katamu sembari tertawa

Untukmu yang selalu mengecup keningku
Lalu berkata lirih, "Harus sukses ya nduk, kudu jadi orang."
Aku mengelus telapak tanganya pelan, "Lha terus selama ini aku apa? Kan orang juga." Jawabku lirih lalu cekikikan

Untukmu yang selalu memiliki waktu untuk menceramahiku
Mengenai kerasnya hidup, menjadi sosok yang tegar bahkan ketika banyak orang meninggalkanmu tanpa alasan

Untukmu yang selalu berbincang mengenai Tuhan dan takdir
"Kalo Gusti belum menghendaki..."
Dan selalu berhasil membuatku merinding

Untukmu yang selalu mendorongku belajar lebih keras dan mengajariku agar lebih kuat mengeras keringat
"Ingat nduk, kamu anak satu-satunya. Belajar yang rajin, pertahankan IP mu, cari beasiswa kalo perlu ke luar negeri."
Jika bisa aku akan merekam percakapan pada saat itu, lalu membungkusnya rapi di dalam memoriku
Dan mulai saat itu aku ingin berjanji di depanmu, akan lebih berusaha meningkatkan kualitas diri

Tetaplah membuka matamu, menemaniku ketika tak ada seorang pun di sisiku
Tetaplah mendengarkanku, ketika senandung hati tak lagi bersahabat
Dan aku akan berlari menuju ke arahmu, memelukmu dengan erat ketika aku mencoba untuk meloloskan diri

Untukmu yang selalu kupanggil, "Mbauti Sawojajar."
Maukah menungguku 5 tahun lagi di tempat yang sama
Seperti 7 tahun silam, bocah kecil berambut panjang malu-malu berlari ke arahmu
Melihatmu tersenyum dan terharu bahagia lalu mencium kulit pipimu yang mulai keriput
"Selamat ya." Katamu singkat
Dan suatu saat nanti aku akan berbaring di sampingmu
Menikmati alunan musik dari radio kesayanganmu
Lalu membicarakan tentang mimpi-mimpiku yang perlahan menjadi nyata
Terima kasih tidak pernah berhenti mendukungku, terima kasih atas pertemuan singkat kemarin
Semoga angin di sana selalu menyejukkan hari-harimu

Jika sempat aku akan mengunjungimu lagi
Cepatlah kembali, kota Malang sangat merindukan kehangatanmu

Tertanda,
Ling-Ling kecilmu selalu

Minggu, 08 Februari 2015

Untukmu yang selalu dalam perjalanan

Untukmu yang selalu dalam perjalanan,

Hai, ada apa di luar sana?
Apakah kamu menikmati perjalanan saat ini?
Hai, kamu yang selalu berpaling menghadap jendela
Apakah jendela itu selalu melegakan jika dipandang?

Hai, kamu yang mencari-cari inspirasi
Bagaimana kisah perjalananmu saat ini?
Hai, kamu yang tak pernah bosan mengkhayal
Apakah awan di sana sedang tersenyum padamu?
Hai, kamu yang menyukai ketenangan
Apakah di luar sana kamu sudah menemukan kebebasanmu?

Hai, kamu yang tak pernah melupakan carriermu
Apakah setidaknya kamu merindukan rumah?
Hai, kamu yang suka nekat
Apakah kali ini kamu sudah membuktikan keberanian dalam dirimu?
Hai, kamu yang tak suka sendirian
Bagaimana rasanya berjalan bersama bayangan

Hai, kamu yang suka menantang dirimu sendiri
Apakah kamu mampu menjawab ketakutan dalam dirimu?
Hai, kamu pendamba kebebasan
Bagaimana rasanya memeluk kebebasan yang tak pernah ada

Hai, kamu yang ingin melancong
Akan berpetualang kemana kamu selanjutnya?
Hai, kamu yang sok berani
Maukah kamu meloloskan diri, berlari kencang dan tak lagi selalu menghadap ke jendela?
Maukah kamu berbincang tentang angan dan inspirasi di luar sana bersama denganku?

Tertanda,
Pendamba perjalanan

 
Blogger Templates