Pages

Ads 468x60px

Rabu, 10 Juni 2015

Rumah Kosong

April, 2008.

Ruang tamu tak pernah sehening ini. Jendela, kursi tak pernah semurung ini. Lukisan di dinding tak lagi memancarkan pesonanya. Bunga di meja terlihat semakin kejam, menusuk bagi siapa saja yang menatapnya, ia tak lagi mengeluarkan aroma khasnya. Suara tawa tak lagi terdengar, seolah-olah dinding ruangan ini menyerap semua energi yang tersisa. Hanya sayatan tersirat yang mampu diingat.

Tak ada lagi cicak di dinding, tak ada lagi rayap di almari. Semua lari ketakutan, kalang kabut dibuatnya. Lalu apa yang tersisa? Tidak ada. Hanya kekosongan yang transparan. Kunci pintu pun sudah terlempar, jauh hingga tak tertangkap pandang. Tak ada lagi langkah sepatu yang berisik di sampng dinding pembatas rumah. Tak ada lagi teriakan anak kecil yang bermain selang air di depan pintu bobrok tua tak berengsel ini. Semua kandas.

Tak ada satupun langkah kaki yang diperbolehkan menginjak bangunan tua bernomor 26B ini. Tak ada satupun jurnalis yang diperkenankan meliput setiap momentum yang pernah terekam dalam memori. Tak ada satupun orang yang tinggal di sana, kecuali satu hal yaitu kenangan. Disebut kenangan karena memang pantas untuk dikenang.

Senin, 08 Juni 2015

Surat: Rindu yg tak kenal lelah

Tertuju, pemilik rindu.
Senin, 8 Juni 2015 pukul 22.43

Bahkan aku selalu bertanya-tanya, sampai kapan kita akan seperti ini?

Sungguh, aku ingin melompat ke masa dimana aku bisa berada di sisimu setiap saat, tertawa bersama, berceloteh tentang mimpi, bernostalgia dengan masa sma, mendengar keluh kesahmu, menggenggam erat telapak tanganmu, inginku berbisik lirih, "Semua pasti akan baik-baik saja."

Sungguh, aku ingin semua kerinduan ini segera terbayar. Dengan melihatmu tersenyum dari kejauhan, yg perlahan berjalan ke arahku. Hingga tanpa sadar kedua sudut bibirku ikut terangkat ke atas. Untuk kesekian kalinya, kamu selalu menularkan senyum manismu padaku.

Aku rindu aroma tubuhmu, yg hanya menghirupnya saja sudah mampu membuat jantungku meledak karena detakannya yg tak karuan. Aku rindu genggaman erat tanganmu, yg mampu menghangatkanku dan meredam segala kecemasanku. Aku rindu dengan tempat ternyaman, yaitu kedua bahumu. Aku rindu memberi tahu dunia bahwa kamu selalu ada baik saat duka, lara, bahkan gelap sekalipun. Ah sepertinya aku mulai candu, bagaimana bisa aku masih sering merindukanmu bahkan ketika kita baru saja bertemu.

Rindu setelah bertemu mengapa terasa menyakitkan?

 
Blogger Templates