Pages

Ads 468x60px

Senin, 08 Juni 2015

Surat: Rindu yg tak kenal lelah

Tertuju, pemilik rindu.
Senin, 8 Juni 2015 pukul 22.43

Bahkan aku selalu bertanya-tanya, sampai kapan kita akan seperti ini?

Sungguh, aku ingin melompat ke masa dimana aku bisa berada di sisimu setiap saat, tertawa bersama, berceloteh tentang mimpi, bernostalgia dengan masa sma, mendengar keluh kesahmu, menggenggam erat telapak tanganmu, inginku berbisik lirih, "Semua pasti akan baik-baik saja."

Sungguh, aku ingin semua kerinduan ini segera terbayar. Dengan melihatmu tersenyum dari kejauhan, yg perlahan berjalan ke arahku. Hingga tanpa sadar kedua sudut bibirku ikut terangkat ke atas. Untuk kesekian kalinya, kamu selalu menularkan senyum manismu padaku.

Aku rindu aroma tubuhmu, yg hanya menghirupnya saja sudah mampu membuat jantungku meledak karena detakannya yg tak karuan. Aku rindu genggaman erat tanganmu, yg mampu menghangatkanku dan meredam segala kecemasanku. Aku rindu dengan tempat ternyaman, yaitu kedua bahumu. Aku rindu memberi tahu dunia bahwa kamu selalu ada baik saat duka, lara, bahkan gelap sekalipun. Ah sepertinya aku mulai candu, bagaimana bisa aku masih sering merindukanmu bahkan ketika kita baru saja bertemu.


Retrouvailles, perasaan nyaman yg selalu kurindukan. Ketika kedua mata bertemu untuk pertama kalinya setelah lama tak jumpa, hanya kedamaian yg mampu dirasa. Anehnya, kerap kali kita bertemu kembali kita tidak saling menyapa melainkan bertukar tawa. Entah apa yang lucu yang jelas kita tertawa.


"Melampaui batas kesenangan, hingga ketakutan terdengar saru untuk diucapkan."
Ketakutan akan sebuah perpisahan.


Sungguh, aku ingin melewatkan momen dimana kita harus berpisah, dengan adegan yg cukup dramatis tentunya. Menggenggam kedua telapak tanganmu ataupun mendekapmu kurasa itu tidaklah cukup. Inginku menahan kedua langkah kakimu lalu menghentikan waktu yg terus berputar sehingga momentum ini hanya milik kita berdua agar kita dapat menikmati kebersamaan lebih lama lagi, sebelum aku tau bahwa semua itu mustahil.


Nyatanya, aku harus membiarkanmu pergi lagi.
Beruntungnya atau sayangnya, aku tidak berhak untuk menahanmu.


Harapan-harapan konyol ini tak jera menghampiri. Walaupun aku tau bahwa realita selalu menyadarkan tentang apa yg perlu dipahami, dihadapi dan dijalani. Dan semakin aku berharap, rindu akan semakin terasa menyesakkan.

Aku harus sangat tau diri. Aku harus mengerti. Jadi, cukup dari sini saja aku melihatmu. Cukup dari tempat ini aku merindukanmu. Meskipun sekedar mengetahui kabarmu saja tidak pernah cukup bagiku.

Aku akan belajar tau diri. Mungkin juga aku terlalu menuntut kabarmu setiap saat. Aku hanya terlalu khawatir bagaimana keseharianmu di sana. Tapi aku tidak ingin menambah beban pikiranmu jadi aku takkan menuntut banyak lagi.

Tapi tenang saja, tidak ada penawar rindu selain kamu. Tambah satu garis lagi untuk tingkat kesabaran kita ya, karena aku yakin jarak ini hanya sementara. Semua akan indah pada waktunya ^^

Kamu tau, aku sangat menyukai waktu dimana rinduku memuncak hebat dan kamu datang pada saat itu, lantas aku berteriak gembira. Bahkan hingga sekarang, keadaan yg kunanti seperti ini menjadi salah satu momen favorit yang pernah kita alami. Melepaskan rindu, menggenggam kebersamaan.


Aku menikmati rinduku dalam setiap penantian yang kujalani
Tak peduli jika rindu ini benar-benar menyiksa
Aku menikmati rindu ini, rinduku padamu...


Kopi itu candu, kamu itu pemilik rindu. Kamu dan kopi, satu.

Tertanda, penikmat rindu.

0 comments:

Posting Komentar

 
Blogger Templates