Memoar Rasa
Oleh
: Peres Sar Arin
Di kala itu, mereka berumur 12 tahun
ketika mereka berjalan beriringan di tepi taman bunga ini. Terkadang mereka
saling mengejar kupu-kupu yang berterbangan. Apabila mereka merasa lelah, maka
mereka akan berbaring di atas hijaunya rumput, sambil menikmati terik hangat
cahaya matahari.
“Bagiku engkaulah bunga itu.” Bocah
lelaki itu membuka percakapannya, jari telunjuknya mengarah ke salah satu bunga
yang mekar di pinggir kolam. “Bunga sangat menarik. Tidak jarang pula bunga
dijadikan simbol kasih sayang. Lebah sangat ingin mengambil nektarmu, setelah
itu ia menyuntikkan racunnya dan pergi tanpa kembali, oleh karena itu aku tak
ingin menjadi lebah. Tapi tidak semua bunga yang indah itu berarti boleh kita
sentuh atau kita berikan kepada orang lain.”
Gadis di sebelahnya tersenyum kecil, memamerkan
lesung pipit di pipi kanannya lalu menimpali perkataannya. “Hanya kupu-kupu
yang boleh memilikinya. Bagiku engkaulah kupu-kupu itu, ia lebih indah dan
lembut. Ia selalu membantu serbuk sari dipertemukan dengan putik, ia berdiam di
atas bunga menjadikannya lebih indah dan terlihat anggun saat ia mengepakkan
sayap-sayapnya untuk terbang. Ia memang tidak dapat terbang tinggi, tapi itulah
tantangannya ia harus berjuang melakukannya.”
“Aku rasa hanya kupu-kupu yang akan
kembali pada bunga, tidak seperti lebah.” Ucap bocah lelaki itu dengan senyum
yang mengembang.
Gadis
di sebelahnya ikut tersenyum. “Hanya bungalah yang mampu menopang kupu-kupu di
saat sayapnya patah.”. Balas gadis tersebut dengan mata yang berbinar. “Janji
?!”
“Janji !!!” Teriak mereka
secara bersamaan, sambil melingkarkan jentik satu sama lain. Dan itulah
pertemuan terakhir mereka 10 tahun yang lalu.
* * *
“Berkat salah satu iklan, dua sejoli
kecil ini dipertemukan kembali.” Salah satu judul artikel di majalah terkenal.
Kali ini mereka berdua menjadi topik terhangat di dunia hiburan.
Di salah satu tempat syuting iklan
terdapat para kru wartawan yang tidak ingin ketinggalan dengan munculnya berita
terbaru ini. “Untuk artis muda kita, selamat atas pertemuan kalian dan terima
kasih telah membuat rating iklan ini menjadi tinggi.” Kata sang produser iklan
yang telah mereka bintangi. Ya tak lain lagi artis muda yang ia maksud adalah
Elnando dan Aiko. “Aku harap hubungan kalian dapat terjalin kembali setelah 10
tahun berpisah.”
Gadis yang dipanggil Aiko ini
tersenyum dan mengucap terima kasih pada sang produser. Ia menoleh kepada
lelaki berambut cepak di sebelahnya. “El, terima kasih kau telah kembali.”
El meyakinkan kepada para kru wartawan
bahwa rating iklan tersebut menjadi tinggi bukan karena kembalinya mereka,
melainkan dukungan dari para penggemar dan orang yang mereka sayangi.
“Kalian memiliki masa lalu yang
menarik, ikatan yang begitu erat dan pengalaman yang hampir sama. Kami sungguh
salut dengan kalian.” Ucap salah satu wartawan yang berada di depan mereka.
Hubungan mereka semakin menarik semenjak kepergian El beberapa tahun silam.
Sepulangnya dari acara tersebut, El
dan Aiko menyempatkan diri untuk berkunjung ke taman masa lalu mereka. Tak
banyak yang berubah dari taman itu, di sisinya masih terdapat kolam kecil dan
beberapa bunga yang tumbuh menghiasi kolam tersebut. Mereka mencoba mengingat
memori yang pernah hilang dan menyusunnya kembali.
“Kau menginginkan aku menjadi
kupu-kupumu yang selalu kembali. Dan disinilah aku, berdiri serta bertatap
langsung dengan bungaku, Aiko, setelah sepuluh tahun aku menghilang.” Kata El
dengan tulus seraya menggenggam pergelangan tangan Aiko dengan erat, seolah tak
ingin melepaskan untuk kedua kalinya.
“Awalnya aku marah karena kau tega
meninggalkanku sendiri di sini, tapi perasaan marah itu telah terkalahkan oleh
kerinduan selama ini. Jadi aku dengan tulus akan menerimamu kembali di sisiku.”
Balas sang gadis dengan tersenyum.
Para wartawan menyebut mereka sebagai
bintang muda dengan masa lalu yang sama, karena mengingat keadaan Aiko yang
merupakan anak yatim piatu dan El seorang anak piatu. Aiko tinggal bersama
kakak sepupu laki-lakinya yang bernama Erdy, ia berprofesi sebagai fotografer
bayaran, sedangkan pamannya yang sakit-sakitan berada di luar kota, terkadang
sebulan sekali beliau pulang untuk check-up.
Aiko memiliki ibu yang merupakan mantan artis terkenal sedangkan ayahnya
merupakan komposer terkenal. Mereka meninggal karena kecelakaan maut 13 tahun
yang lalu, oleh sebab itu Aiko terjun ke dunia hiburan untuk menafkahi pamannya
dan dirinya sendiri. Aiko merupakan sosok anak yang ceria, berkebalikan dengan
El dan sikap dingin serta cueknya sejak kematian ibunya 16 tahun yang lalu.
Ayahnya merupakan tangan kanan Sang Produser dan sosok yang menggilai uang.
Ketika berumur 12 tahun El dikirim oleh ayahnya ke luar kota untuk belajar
menghargai hidup, katanya. Akhirnya El didaftarkan di sana untuk mengikuti
pelatihan casting oleh Erdy. El pun
menuruti perkataan ayahnya dan pergi bersama Erdy, El mempunyai keinginan agar
ia dan ayahnya memiliki kedudukan yang sama, bukan lagi anak biasa yang dicaci
maki oleh teman dan ayah seorang tangan kanan produser industry perfilman,
meskipun ia terpaksa meninggalkan Aiko. #Poor El and Aiko :(
part 2 menyusul :)
BalasHapuskalau fontnya kekecilan di zoom in aja ya waktu dibaca . arigatou gozaimasu :D