Aiko segera menghubungi Valerian dan ia akan menerima permintaan
mereka, bahwa ia akan berada di sisi Valerian untuk membalas kebaikan Sang
Produser, meskipun terasa berat untuk dilakukan. Tentunya setelah ia bercerita tentang apa yang baru saja terjadi dengan dirinya dan El.
"Kau tidak perlu khawatir tentang apa yang baru saja menimpamu, selama kau berada di sisi ku, aku yakin tidak akan ada lagi sesuatu yang menimpamu. El hanya lah sosok yang egois, tidak memerdulikan perasaan orang lain, ia hanya ingin memiliki kebahagiaan sendiri." Ucap Valerian.
"Kalaupun seorang El adalah sosok yang egois bagaimana denganku? Ahh jujur saja aku seperti iblis, aku tidak memikirkan perasaan El tapi aku juga bingung dengan keadaan paman dan kak Erdy. Aku juga tak tahu mengapa aku menerima tawaran dari Valerian ini. Ya Tuhan, tidak akan ada seseorang yang ingin menjadi sepertiku. Aku rasa aku memang lelah." Pikir Aiko dalam hati. Ia kini kecewa tetapi juga menyesal, ia tidak memiliki tujuan dan kehilangan arah, seolah-olah semuanya adalah kegelapan dalam dunianya.
Lagi-lagi El
menyesal dengan keputusannya karena sang ayah kecewa kepadanya bagaimana bisa
ia menyingkir dari dunia hiburan setelah peran yang ia bintangi dalam film
tersebut, padahal film itu merupakan salah satu film terbaik di wilayahnya. Ditambah lagi dengan kabar berakhirnya hubungan El dan Aiko.
“Apakah aku
perlu mengirimmu ke luar kota bahkan ke luar negeri sekalian, supaya aku tidak
malu dengan sikapmu ini ?!” Bentak sang ayah dengan emosi yang meluap-luap. El
hanya terdiam lesu hingga ayahnya pergi dari hadapannya. Ia mengamati gantungan
bunga yang ada di ponselnya, seketika itu juga ia melihat sekilas pada majalah
di depannya yang mengabarkan bahwa Aiko dan Valerian telah bersama untuk project mereka selanjutnya, berbanding terbalik dengan kabar terpanas di dunia hiburan yaitu berakhirnya hubungan antara El dan Aiko.
Telapak tangan El mengepal di atas meja, tulang rahangnya pun tampak mengeras, tetapi tatapan matanya terlihat sangat lemah. “Dalam hatiku
aku masih menyayangimu, tapi kenyataan yang ada malah buatku hancur.” Batinnya dengan sedih."Ayah, maafkan aku yang menjadi biang kerok hidup ayah."