Pages

Ads 468x60px

Selasa, 11 September 2012

Memoar Rasa -Part 4-

        Aiko segera menghubungi Valerian dan ia  akan menerima permintaan mereka, bahwa ia akan berada di sisi Valerian untuk membalas kebaikan Sang Produser, meskipun terasa berat untuk dilakukan. Tentunya setelah ia bercerita tentang apa yang baru saja terjadi dengan dirinya dan El.
        "Kau tidak perlu khawatir tentang apa yang baru saja menimpamu, selama kau berada di sisi ku, aku yakin tidak akan ada lagi sesuatu yang menimpamu. El hanya lah sosok yang egois, tidak memerdulikan perasaan orang lain, ia hanya ingin memiliki kebahagiaan sendiri." Ucap Valerian.
        "Kalaupun seorang El adalah sosok yang egois bagaimana denganku? Ahh jujur saja aku seperti iblis, aku tidak memikirkan perasaan El tapi aku juga bingung dengan keadaan paman dan kak Erdy. Aku juga tak tahu mengapa aku menerima tawaran dari Valerian ini. Ya Tuhan, tidak akan ada seseorang yang ingin menjadi sepertiku. Aku rasa aku memang lelah." Pikir Aiko dalam hati. Ia kini kecewa tetapi juga menyesal, ia tidak memiliki tujuan dan kehilangan arah, seolah-olah semuanya adalah kegelapan dalam dunianya.
        Lagi-lagi El menyesal dengan keputusannya karena sang ayah kecewa kepadanya bagaimana bisa ia menyingkir dari dunia hiburan setelah peran yang ia bintangi dalam film tersebut, padahal film itu merupakan salah satu film terbaik di wilayahnya. Ditambah lagi dengan kabar berakhirnya hubungan El dan Aiko.
          “Apakah aku perlu mengirimmu ke luar kota bahkan ke luar negeri sekalian, supaya aku tidak malu dengan sikapmu ini ?!” Bentak sang ayah dengan emosi yang meluap-luap. El hanya terdiam lesu hingga ayahnya pergi dari hadapannya. Ia mengamati gantungan bunga yang ada di ponselnya, seketika itu juga ia melihat sekilas pada majalah di depannya yang mengabarkan bahwa Aiko dan Valerian telah bersama untuk project mereka selanjutnya, berbanding terbalik dengan kabar terpanas di dunia hiburan yaitu berakhirnya hubungan antara El dan Aiko.
        Telapak tangan El mengepal di atas meja, tulang rahangnya pun tampak mengeras, tetapi tatapan matanya terlihat sangat lemah. “Dalam hatiku aku masih menyayangimu, tapi kenyataan yang ada malah buatku hancur.” Batinnya dengan sedih."Ayah, maafkan aku yang menjadi biang kerok hidup ayah."
        Setelah tiga bulan lamanya sejak kejadian itu. Aiko mencoba bersikap tegar dan kuat meskipun segalanya terlihat membaik dan perasaan yang ia harapkan kepada Valerian mulai tumbuh sedikit. Aiko sangat tulus mencintai El bagaimanapun keadaannya, dimatanya El adalah sosok yang kuat dibalik luka masa lalunya dan dia adalah seseorang yang mampu membuat Aiko bahagia tanpa melukai seorangpun, bahkan sebelum Valerian muncul. Kupu-kupu, kepribadian seorang El yang mirip seperti metamorfosa kupu-kupu, selalu berusaha yang terbaik meskipun banyak hal disekitarnya yang tidak menganggapnya sangat berarti.
        Malam ini Aiko mendengar kabar bahwa El tidak berkiprah lagi di dunia hiburan, bahkan sempat ada rumor bahwa El mengundurkan diri, tapi Aiko yakin itu semua tidak benar. Ia merasa bersalah dan tak sanggup meninggalkannya dan ia mengganggap dirinya adalah gadis terbodoh di dunia. Meskipun ia menginginkan dirinya menjadi bunga bagi El dan mencerahkan hari-harinya dengan warna-warni. Namun entah mengapa yang tersisa hanyalah benci. Mencoba tegar di tengah kepalsuan, tersenyum manis di tengah kepahitan. Melupakan sakit tanpa ada dendam, ya itulah yang ia rasakan saat ini. Lama-kelamaan perasaannya ikut terlarut dalam mimpi indahnya, ia tertidur pulas dengan membawa hati yang tenang.
        Sekitar pukul 2 pagi, ponsel Aiko berbunyi. Ia meraih ponselnya yang berada di atas meja di samping ranjangnya. Aiko mengembangkan senyumnya ketika melihat nama itu muncul di layar ponselnya.
        “Halo ?” Ucap Aiko dengan setenang mungkin.
        “Selamat ulang tahun Bungaku !”. Suara itu, ya suara yang ia rindukan selama ini, suara yang telah lama menggetarkan hatinya. “Semoga kau diberikan yang terbaik oleh Tuhan dan semoga kau bahagia bersama … Valerian.”
        “El, terima kasih banyak kau rela meneleponku sepagi ini hanya untuk memberikan ucapan ulang tahun.El, aku telah berusaha bahagia di atas semua ini. Tapi, aku juga ingin melihatmu bahagia dan tersenyum seperti dulu. Berjanjilah padaku El.”
        Terdengar suara tawa di seberang sana, “Tidak Aiko, apabila aku melihatmu bahagia sudah pasti hatiku tertular oleh rasa bahagiamu. Hei ini hari ulang tahunmu kau sebaiknya tidak bersedih seperti ini.”
        Tak kuasa menahan rasa bahagianya, Aiko pun meneteskan air matanya. Ia mengucapkan terima kasih dan mengungkapkan kerinduannya. “Hmm El, nanti malam, maukah kau datang ke pesta ulang tahunku yang diadakan oleh Erdy?”
        “Ehemm, aku pasti akan ke sana. Karena aku ingin melihat senyumanmu yang terakhir. Bukankah kau bilang telah mencoba untuk bahagia ?! Ya, aku ingin melihat bungaku bahagia.” Jawab El diseberang sana. Seandainya wajah mereka dapat terlukiskan oleh sinar pelangi, pasti mereka menjadi dua makhluk paling bahagia di dunia ini. Tetapi harapan hanyalah harapan yang sesungguhnya berbeda dengan kenyataan masa kini. Lalu bagaimana dengan kisah Valerian? Apakah perayaan pesta ulang tahun Aiko akan semeriah dan sebahagia dengan apa yang ia harapkan?

0 comments:

Posting Komentar

 
Blogger Templates