Aiko segera menghubungi Valerian dan ia akan menerima permintaan
mereka, bahwa ia akan berada di sisi Valerian untuk membalas kebaikan Sang
Produser, meskipun terasa berat untuk dilakukan. Tentunya setelah ia bercerita tentang apa yang baru saja terjadi dengan dirinya dan El.
"Kau tidak perlu khawatir tentang apa yang baru saja menimpamu, selama kau berada di sisi ku, aku yakin tidak akan ada lagi sesuatu yang menimpamu. El hanya lah sosok yang egois, tidak memerdulikan perasaan orang lain, ia hanya ingin memiliki kebahagiaan sendiri." Ucap Valerian.
"Kalaupun seorang El adalah sosok yang egois bagaimana denganku? Ahh jujur saja aku seperti iblis, aku tidak memikirkan perasaan El tapi aku juga bingung dengan keadaan paman dan kak Erdy. Aku juga tak tahu mengapa aku menerima tawaran dari Valerian ini. Ya Tuhan, tidak akan ada seseorang yang ingin menjadi sepertiku. Aku rasa aku memang lelah." Pikir Aiko dalam hati. Ia kini kecewa tetapi juga menyesal, ia tidak memiliki tujuan dan kehilangan arah, seolah-olah semuanya adalah kegelapan dalam dunianya.
Lagi-lagi El
menyesal dengan keputusannya karena sang ayah kecewa kepadanya bagaimana bisa
ia menyingkir dari dunia hiburan setelah peran yang ia bintangi dalam film
tersebut, padahal film itu merupakan salah satu film terbaik di wilayahnya. Ditambah lagi dengan kabar berakhirnya hubungan El dan Aiko.
“Apakah aku
perlu mengirimmu ke luar kota bahkan ke luar negeri sekalian, supaya aku tidak
malu dengan sikapmu ini ?!” Bentak sang ayah dengan emosi yang meluap-luap. El
hanya terdiam lesu hingga ayahnya pergi dari hadapannya. Ia mengamati gantungan
bunga yang ada di ponselnya, seketika itu juga ia melihat sekilas pada majalah
di depannya yang mengabarkan bahwa Aiko dan Valerian telah bersama untuk project mereka selanjutnya, berbanding terbalik dengan kabar terpanas di dunia hiburan yaitu berakhirnya hubungan antara El dan Aiko.
Telapak tangan El mengepal di atas meja, tulang rahangnya pun tampak mengeras, tetapi tatapan matanya terlihat sangat lemah. “Dalam hatiku
aku masih menyayangimu, tapi kenyataan yang ada malah buatku hancur.” Batinnya dengan sedih."Ayah, maafkan aku yang menjadi biang kerok hidup ayah."
Setelah tiga
bulan lamanya sejak kejadian itu. Aiko mencoba bersikap tegar dan kuat meskipun
segalanya terlihat membaik dan perasaan yang ia harapkan kepada Valerian mulai
tumbuh sedikit. Aiko sangat tulus mencintai El bagaimanapun
keadaannya, dimatanya El adalah sosok yang kuat dibalik luka masa lalunya dan
dia adalah seseorang yang mampu membuat Aiko bahagia tanpa melukai seorangpun,
bahkan sebelum Valerian muncul. Kupu-kupu, kepribadian seorang El yang mirip seperti metamorfosa kupu-kupu, selalu berusaha yang terbaik meskipun banyak hal disekitarnya yang tidak menganggapnya sangat berarti.
Malam ini
Aiko mendengar kabar bahwa El tidak berkiprah lagi di dunia hiburan, bahkan
sempat ada rumor bahwa El mengundurkan diri, tapi Aiko yakin itu semua tidak
benar. Ia merasa bersalah dan tak sanggup meninggalkannya dan ia mengganggap
dirinya adalah gadis terbodoh di dunia. Meskipun ia menginginkan dirinya
menjadi bunga bagi El dan mencerahkan hari-harinya dengan warna-warni. Namun
entah mengapa yang tersisa hanyalah benci. Mencoba tegar di tengah kepalsuan,
tersenyum manis di tengah kepahitan. Melupakan sakit tanpa ada dendam, ya
itulah yang ia rasakan saat ini. Lama-kelamaan perasaannya ikut terlarut dalam
mimpi indahnya, ia tertidur pulas dengan membawa hati yang tenang.
Sekitar pukul
2 pagi, ponsel Aiko berbunyi. Ia meraih ponselnya yang berada di atas meja di
samping ranjangnya. Aiko mengembangkan senyumnya ketika melihat nama itu muncul
di layar ponselnya.
“Halo ?” Ucap
Aiko dengan setenang mungkin.
“Selamat
ulang tahun Bungaku !”. Suara itu, ya suara yang ia rindukan selama ini, suara
yang telah lama menggetarkan hatinya. “Semoga kau diberikan yang terbaik oleh
Tuhan dan semoga kau bahagia bersama … Valerian.”
“El, terima
kasih banyak kau rela meneleponku sepagi ini hanya untuk memberikan ucapan ulang tahun.El,
aku telah berusaha bahagia di atas semua ini. Tapi, aku juga ingin melihatmu
bahagia dan tersenyum seperti dulu. Berjanjilah padaku El.”
Terdengar
suara tawa di seberang sana, “Tidak Aiko, apabila aku melihatmu bahagia sudah
pasti hatiku tertular oleh rasa bahagiamu. Hei ini hari ulang tahunmu kau
sebaiknya tidak bersedih seperti ini.”
Tak kuasa
menahan rasa bahagianya, Aiko pun meneteskan air matanya. Ia mengucapkan terima
kasih dan mengungkapkan kerinduannya. “Hmm El, nanti malam, maukah kau datang
ke pesta ulang tahunku yang diadakan oleh Erdy?”
“Ehemm, aku
pasti akan ke sana. Karena aku ingin melihat senyumanmu yang terakhir. Bukankah kau
bilang telah mencoba untuk bahagia ?! Ya, aku ingin melihat bungaku bahagia.” Jawab El diseberang sana. Seandainya wajah mereka dapat terlukiskan oleh sinar pelangi, pasti mereka menjadi dua makhluk paling bahagia di dunia ini. Tetapi harapan hanyalah harapan yang sesungguhnya berbeda dengan kenyataan masa kini. Lalu bagaimana dengan kisah Valerian? Apakah perayaan pesta ulang tahun Aiko akan semeriah dan sebahagia dengan apa yang ia harapkan?
0 comments:
Posting Komentar