Namun lihat saja suatu saat nanti aku pasti bisa meniadakan batas tersebut! ^^
Senin, 31 Maret 2014
Minggu, 30 Maret 2014
Minggu, 23 Maret 2014
Dan benar adanya, ku telah memilih. Ya, kemungkinan besar akan vakum untuk beberapa tahun ke depan. Sampai kutemukan sandaran yang tepat untuk mengembalikan passion ini. Jiwa yang orisinil ya? Aku harap bisa kembali seperti itu meskipun tidak sekarang. Karena segala hal membutuhkan proses :) Sayounara :'))
Berusaha survive tanpa meninggalkan jiwa yang orisinil ^^
Rabu, 19 Maret 2014
Tersembunyi sebuah masalah dibalik kata berubah
“Nggak semua problem harus diceritakan ke orang lain, ya
kan?” – Rahman.
Kalau dipikir-pikir lagi ternyata ucapan tersebut benar.
Kita punya batasan untuk diri kita dan orang lain. Kita punya problem yang
orang lain tidak perlu tahu. Kita punya rahasia untuk diri kita sendiri. Akupun
begitu, aku punya batasan diri dan baru kusadari aku juga memiliki problem yang
tidak sepantasnya kuceritakan kepada orang lain. Hanya aku, Tuhan dan coretan
tanganku yang menjadi saksinya.
“Rin, kamu berubah ya dulu waktu SMP nggak kayak gini.”
“Peres dulu nggak kayak gini.”
Dibalik kata berubah pasti ada suatu alasan, benar bukan?
Tapi memang jika kita ingin membuat sebuah loncatan baru kita harus berani
berubah, benar bukan? Dan kata berubah tidak akan jauh dari kata mengapa?
“Mengapa kamu berubah?”
Ternyata sebuah problem juga bisa membuat kita berubah, coba
pikirkan kembali mungkin 4 tahun yang lalu kita tidak seperti kita yang
sekarang. Kita berubah, berubah secara emosional karena pikiran dan lingkungan
kita dank arena problem yang kita hadapi. Namun ada juga perubahan yang
disebabkan jika kita ingin beradaptasi dengan lingkungan yang baru, secara
perlahan kita pasti mengikuti ke arah mana lingkungan ini membawamu pergi. Dan
disamping kata perubahan selalu ada kata pilihan. Ya kita disuruh memilih,
memilih untuk berubah atau tetap menjadi yang seperti dulu, kita selalu diberi
pilihan-pilihan serta bertanggung jawab dengan pilihan itu. Jangan salahkan
problem yang sedang menimpa kita sehingga kita berubah, tetapi diri kita lah
yang memilih untuk berubah, alasannya? Ya agar kita tidak stuck dengan problem
tersebut dan bisa menanggapinya dengan jalan yang menurut kita benar.
“Kalau tidak ada suatu masalah yang menimpa, manusia tidak
akan berubah. Karena pikiran mereka belum bisa berkembang tanpanya.”
Aku berubah, iya aku tahu. Karena aku sedang berusaha
survive dibalik masalah ini.
"Biar nggak belang." - Arin
“Hei masih ingatkah kamu dengan dentangan detik yang selalu berotasi di balik benda mungil yang setiap kali kamu kenakan di pergelangan tanganmu? Aku masih mengingatnya, secara detail. Ketika pergelangan tangan kirimu mulai menghitam karena terkena panasnya mentari dan hanya bagian yang tertutup oleh benda hitam mungil itu yang masih berwarna putih-kecoklatan, kamu selalu berkata ‘Sudah waktunya diganti.’ dan menatap lekat kulitmu yang belang tadi.
‘Apanya
yang diganti?’ tanyaku penasaran.
‘Posisinya.’
jawabmu dengan santai, aku masih belum mengerti dan kulontarkan sebuah
pertanyaan lagi
‘Maksudnya?
Aku tidak mengerti.’
Lalu
kamu menghela nafas dahulu sebelum menjelaskannya padaku. ‘Begini… warna kulit
di pergelangan tangan kiriku sudah mulai belang karena tertutup oleh benda
mungil ini. Karena itu jika kulitku sudah nampak seperti itu benda mungil ini
harus diganti posisinya, artinya mulai sekarang aku harus mengenakan benda mungil
ini dipergelangan tangan kananku, sehingga warna kulit pergelangan tangan
kiriku bisa kembali normal, jadi nanti kalau pergelangan tangan kananku sudah
nampak belang maka aku akan mengganti posisi benda mungil ini dipergelangan
tanganku sebelah kiri, begitu.’
Oh
jadi seperti itu ya, aku hanya menganggukan kepala dan mulai mengerti. ‘Alasannya
simple tapi aku suka.’
Seketika
itu kamu menoleh, dan bertanya ‘Suka dengan benda mungil ini?’
Aku
hanya menanggapi perkataanmu dengan senyuman kecil, ‘Bukan begitu, aku suka dengan
cewek yang memakai jam tangan. Nanti kalau pergelangan tangan kiriku sudah
nampak belang aku akan mengganti posisi jam tangan ini ke pergelangan tangan
kananku. Sama sepertimu.’
Dan kamu tertawa terbahak-bahak, ‘Kamu yakin? Tapi kelihatannya kulitmu tidak belang
jadi pakai saja di pergelangan tangan kirimu. Biar aku saja yang memakai di
pergelangan tangan kananku.’
Aku
mengamatimu melepas jam tangan tersebut dari pergelangan tangan kirimu lalu
mengenakannya lagi di pergelangan tangan kananmu. ‘Biar nggak belang.’ Katamu
kemudian.
Dan
kamu tahu sampai sekarang aku selalu memperhatikan warna kulitku yang tertutup
oleh jam tangan hitam ini, setiap 3 bulan sekali aku mengganti posisi jam
tangan tersebut, dan suatu saat ada cewek bertanya kepadaku ‘Mengapa kamu
selalu gonta-ganti posisi jam tangan itu?’
Dan
kamu tahu, aku hanya menjawabnya ‘Biar nggak belang.”
Sebuah
benda hitam mungil yang terletak di pergelangan tanganmu, milikmu, tetapi aku
juga punya. Karena dari awal aku menyukai cewek yang memakai jam tangan,
apalagi dengan embel-embel ‘Biar nggak belang.’ Sampai sekarang aku masih ingat
ini. Simple, tapi aku suka Rin :)”
Sabtu, 01 Maret 2014
Ada
sepasang mata tajam terus memandangiku, kedua bola matanya yang sedikit coklat
mencerminkan suatu kebencian. Tak berkedip, hanya diam dan tetap memelototiku. Sepasang
mata yang agak meruncing ke samping seperti kerucut, tampak samar kilauan
cahaya berasal dari bola mata itu. Ada sebuah refleksi dibalik sepasang mata
yang memandangku saat ini, yaitu aku. Akulah refleksi itu. Dan terselip sebuah
makna dibaliknya.
Langganan:
Postingan (Atom)