Dia bernafas
Dia tertawa riang
Dia menikmati hidup
Di setiap senyuman yang ia berikan, selalu memiliki arti
bagi kami. Anggap saja dia bernama Kelvin, sosok mahasiswa yang selalu ceria,
tidak bisa diam dan suka berjingkrak-jingkrak di depan kelas kami. Selalu
mengajak kami pergi ke kantin, tak luput juga mengajak kami pergi bermain ke
sana kemari. Dia terlalu menikmati hidup. Bukan, dia senang dengan hidupnya.
Tapi sebelum kami mengetahui sebuah rahasia.
“Pagi.” Sapanya simpul dengan senyuman yang renyah dan
tatapan bersinar dibalik kacamatanya kepada kami. Kami tidak menyadari, ada apa
di balik tatapan tersebut. Ah bukan begitu, kami tidak mempedulikan soal itu.
Hanya saja kami terlalu sibuk dengan diri masing-masing sehingga melupakan
hakikat kami sebagai kawan yang saling memperhatikan.
Berbincang sebentar bersamanya, kami merasa senang layaknya
kawan yang lain. Selalu mengajak ke sana kemari, mengajak mengerjakan tugas,
mengajak pergi ke kosnya, dia bercerita panjang lebar mengenai segala hal dan
ada beberapa poin yang bisa kami ambil dari ceritanya, dia adalah sosok pekerja
keras, mandiri, dewasa bahkan memiliki segalanya. Ya, jujur saja kami iri
melihatnya tapi kami bangga mempunyai kawan seperti itu. Dia tidak pernah
sekalipun bersikap sombong kepada kami, dia hanyalah dia, seperti mahasiswa
yang lain.
“Res, tau nggak aku kemarin aku seneng banget.”
“Res, aku bingung.”
“Ayok ngerjain tugas yok.”
Bercerita panjang lebar, hingga aku menemukan satu hal
tentangnya yang selama ini ada di balik kacamata kami semua. Dia sedang
bertahan terhadap suatu hal yang tidak kami mengerti. Dia bertahan dari
kesepian, dia bertahan dari dirinya yang negatif, dia bertahan dari kondisinya,
dia bertahan dari hidupnya yang dulu maupun sekarang. Dia bertahan, dengan cara
tetap menikmati hidup, dengan cara tertawa riang, dengan cara
berjingkrak-jingkrak seolah-olah anak kecil, dan dengan segala cara agar dia
mendapatkan kebahagiaan.
Kami tahu, dia bahagia dengan hidupnya.
Hingga satu hal terkuak,
“Doain aku ya Res.” Begitu ucapnya suatu hari
“Lho kenapa Vin?”
Terdiam sebentar hingga bibirnya berceloteh ria, dan entah
mengapa aku hanya mendengarkan tanpa banyak bicara. Aku hanya mendengar dan
tetap mendengar. Dan raut wajahnya pun berubah.
“Tolong jangan beritau siapapun, hanya kamu yang tahu secara
detail seperti ini.” Ungkapnya padaku.
Aku hanya bisa berkata, “Kok bisa seperti itu Vin? Terus
orang tuamu tau? Terus kondisimu sekarang gimana?”
Dia tersenyum simpul, “Karena inilah aku menikmati hidup,
menikmati hari-hariku. Aku tersenyum ceria.”
Aku berusaha tersenyum, namun terasa hambar lalu kutepuk
bahunya pelan. “Semoga lancar Vin.”
Ketika dia melangkahkan kakinya memasuki kelas kami, dia
berlari-lari kecil, tersenyum dan menyapa kami dengan hangat. Tertawa.
Dan diantara semua orang yang menduduki kursi kelas setiap
hari, aku merasa paling bersalah. Karena hanya diriku yang menyimpan sebuah
rahasia. Sebenarnya kami berhak tau Vin!
“Doakan ya.. Pokoknya
aku harus happy-happy, biarkan mereka berkata apa.”
Aku terdiam, “Jangan ngomong gitu lah!”
Dan dia tertawa sebentar. “Res, aku takut... Aku kemarin
nangis.” Seketika itu raut wajahnya pun berubah, bukan memelas bukan juga ingin
menangis. Hanya saja seperti tatapan tak berdaya.
“Eh gak boleh takut, pasti lancar kok.” Hanya itu yang bisa
aku sampaikan padanya. Pasti jika kami tau, aku yakin kawan yang lain pasti
akan berkata seperti itu dan mendoakan hal yang sama. Cepat atau lambat kami
pasti mengetahuinya.
Ketakutan yang dia rasakan serupa dengan ketakutan yang
dimiliki oleh semua orang. Namun dengan semangatnya yang membara, dia hanya
bisa berkata “Pokoknya aku harus happy-happy.” Dia menikmati hidupnya dengan
tetap membuat semua orang tertawa. Dia menikmati hidupnya dengan menjaga
rahasia tentang dirinya. Dia menikmati hidupnya dengan bertahan. Bahagia sebisa
mungkin. Semoga Desember membawa berkah untukmu Vin...
"Sampai Bulan Januari aku mau senang-senang dulu hehe." Katanya lampau hari. Sebut saja dia Kelvin, mahasiswa kelautan yang selalu menyebarkan senyuman hangat kepada semua orang.
0 comments:
Posting Komentar