Pages

Ads 468x60px

Rabu, 15 April 2015

Senyum untuk menemani air mata

Dalam malam aku selalu merangkul sepi, berkawan dengan kenangan, berharap dapat menghadirkan ketenangan. Damai, satu kata yang terkandung di dalamnya. Itulah mengapa dulu aku sangat menyukai malam. Tapi malam tidak lagi semenarik dulu. Dia tidak lagi menawarkan kedamaian. Dia dingin dan selalu berhasil mencairkan kristal air mata. Aku tidak suka. Mengapa malam malah menyuguhkan luka?
Dalam malam suaraku selalu padam, tidak lagi terdengar. Dulu, malam tidak setega ini, dia selalu mampu membawa obat untuk luka, dia selalu bersahabat dengan imajinasi, dia tidak pernah sekalipun meninggalkan inspirasi. Sayangnya yang aku tahu, malam tidak lagi menjadi penikmat rindu.
Pada malam hari, aku mendengar suara teriakan yang menguasai malam dan menghancurkan sunyi. Lalu kugenggam kedamaian ini dengan erat agar tak lepas dimakan teriakan malam. Terus kurapatkan berharap kedamaian malam akan selalu menjadi sahabat terbaikku. Sayangnya, damai tak lagi mampu menguasai diriku yang ditemani sepi. Perlahan dia menghilang bersama cahaya bulan. Sangat gelap, malam telah dikuasai oleh ego manusia yang mampu menghancurkan kedamaian malam. Dan sekarang aku mengerti, malam telah menyisakan air matanya. Dalam sepi malam menangis. Dalam sepi malam merengek. Dalam sepi malam mengais kerinduan. Dalam sepi malam berharap digantikan oleh cahaya mentari. Sesungguhnya malam tidak pernah berperasaan, dia tidak pernah sedikitpun menangis atau tenggelam dalam luka. Aku merapatkan selimutku, mencoba menikmati malam dengan pesonanya yang tak lagi kukenal. Lalu aku tersenyum untuk menemani air mata malam. Ego manusia telah menyerang malam yang tenang. Dan kurasa, malam tidak pernah sehampa ini.
Dalam malam suaraku ditelan rindu, menyisakan harapan untuk sepi yang biasa bersahabat. Dalam malam aku hanya ingin mendengar, tentang senandung kedamaian yang selalu menghadirkan tawa, karena malam selalu menyediakan ruang untukku bercerita dalam sepi, membawakan kotak rahasia yang selalu terkunci, menyimpan gelak tawa diantara deretan rindu yang tak terbelenggu. Sebelum mereka merampas segalanya, sebelum mereka mengeluh tentang dinginnya malam yang selalu menusuk, aku ingin berdamai untuk sunyi yang mengalirkan air matanya. Hanyut dalam pelukan malam yang berusaha menyertakan ketenangan.
Setelah kusadari teriakan mereka telah mampu memecahkan kristal air mata malam, lalu pergi kemana kedamaian malam yang selalu bersahabat?

0 comments:

Posting Komentar

 
Blogger Templates