Pages

Ads 468x60px

Kamis, 07 Januari 2016

[Flash-fiction] Sayatan Pujian



Sayatan Pujian
oleh Peres Sar Arin

Di dalam sebuah rumah ada pertemuan keluarga besar. Malam itu kami sedang asyik menyantap hidangan yang telah disajikan. Kami melahapnya dengan nikmat. Hingga salah satu pamanku membuka perbincangan yang cukup serius.
“Diko, bagaimana wisuda kemarin?” Tanya beliau dengan nada santai, seketika aku terkejut mendengarnya.
“Lulus dengan gelar summa cumlaude.” Jawab papaku sebelum aku membuka mulut. Semua mata segera memandangku dengan takjub dan aku hanya tersenyum malu.
“Dia sudah mendapat proyek besar dalam pembangunan jembatan Green Bridge. Hampir setiap hari dia selalu menginap di kantor barunya dan dia berperan sebagai ‘akar’ dalam proyek ini.” Perjelas mamaku dengan nada bangganya.
“Hebat! Prestasimu benar-benar cemerlang.”
“Selamat ya! Om salut sama kamu Dik.”
“Kami sangat bangga dengan cucu yang satu ini. Kamu tidak pernah mengecewakan kami.”
Untuk kesekian kalinya aku tersenyum dan sedikit menimpali, “Ah tidak, kakak juga punya prestasi bagus kok.” Aku melirik seorang lelaki yang duduk di sampingku.
“Sandy sukanya menghabiskan uang, pergi ke sana kemari hingga kuliah dilalaikan. Hingga kini belum mampu menghasilkan uang, tidak seperti adiknya.” Terdengar sindiran tajam dari mulut papa. Dia yang merasa disindir hanya mencibir tanpa menimpali sepatah kata.
Kritikan tajam datang bersamaan dengan pujian yang bertubi-tubi. Pedas dan manis menjadi sepaket bumbu penyedap makan malam saat itu.
Hari sudah larut, namun perbincangan malam ini akan selalu menancap di pikiran. Kakak pergi ke beranda depan dengan menyelipkan sebatang rokok di sela jemarinya. Dengan segera aku menyusul ke beranda dan membawakan sepiring irisan mangga segar beserta garpu.
Tengah malam aku terbangun di beranda depan dan melihat Sandy, kakakku sedang terkapar dengan garpu yang menancap di lehernya. Darah segar menghiasi leher serta pakaiannya. Semua saudara mendatangi kami dan segera membopongnya. Papa menatapku tajam.
“Aku selalu melakukan hal yang benar, bukan?! Mana pujian untukku?”
Pandangan mereka yang amat menyayat tertuju pada telapak tanganku yang bersimbah darah.

Malang, 2015.

0 comments:

Posting Komentar

 
Blogger Templates