Mengapa selalu meredam semua
ucapan? Mengapa menutup telinga ketika ada angin yang berbisik? Karena aku hanya
lukisan yang terpampang di sudut dinding kamar. Yang menjadi pengamat diantara
wajah-wajah bertopeng. Yang diam-diam menyusup pada sudut pandang yang berbeda.
Hanya melihat tanpa berkomentar, karena suaraku teredam dalam dinding.
Seolah-olah kumendamba meloncat
keluar dari figura emas tersebut, lalu berlari dan tetap berlari tanpa
sedikitpun menengok. Akan tetapi selalu ada rantai yang mengikat diantara paku
dan figura lukisan itu. Mengapa tidak dilepaskan saja? Karena aku bukan
seekor singa.
Malang. Januari, 2016
0 comments:
Posting Komentar