Aku rasa aku mengerti alasan dibalik
pertanyaan mengapa aku seperti ini. Mengapa aku cenderung pendiam, mengapa
sikapku berbeda, mengapa aku berubah, mengapa aku memendam...
Sikapku berbeda, ya aku menyadarinya.
Lihatlah aku ketika bersama dengan teman-temanku, lihatlah aku ketika bersama
dengan seseorang yang aku cintai, lihatlah aku ketika bersama dengan
keluargaku, lihatlah aku ketika bersama dengan orang asing, lihatlah aku...
Hahaha tak mungkin ada yang bersedia
melihatku, benar bukan? Aku lebih menyimpannya sendiri dan alangkah baiknya aku
tersadar bahwa aku memiliki banyak sisi yang orang lain tak tahu. Memang wajar,
setiap orang juga memiliki sisi yang berbeda ketika mereka bersama dengan orang
yang berbeda pula. Ya seperti itulah, lalu bagaimana dengan diriku yang sebenarnya?
Tak ada yang dapat menebak.
Lihatlah aku ketika bersama dengan
kawan-kawanku... aku tertawa bersama dengan mereka, aku bercanda bersama dengan
mereka, aku senang dan bersyukur.
Lihatlah aku ketika bersama dengan
seseorang yang aku cintai... aku tersenyum dengannya, aku menikmati separuh
alunan hidupku dengannya, aku senang dan bersyukur.
Lihatlah aku ketika bersama dengan
keluargaku... aku belajar tuk bersyukur, aku bahagia, aku dapat mengerti arti
hidup yang sebenarnya.
Namun, jangan salahkan aku ketika aku
diam. Jangan salahkan aku ketika aku tertawa. Jangan salahkan aku ketika aku
marah. Jangan salahkan aku ketika aku menangis. Itu semua naluri manusia. Dan
beginilah aku, egois? Mungkin.
Marah? Tak apa, lampiaskan saja padaku.
Aku sudah terbiasa. Namun ketika kemarahan itu muncul aku akan membalasnya
dengan diam. Ya, diam. Apakah diam berbeda dengan memendam? Mungkin, perbedaan
yang sangat tipis kurasa.
Ketika aku terdiam, aku akan memojok
dan berpikir. Apakah yang kulakukan ini benar? Tak ada yang bisa menjawabnya.
Ketika aku terdiam, aku benar-benar
merasa kesepian. Dimana duniaku yang sebenarnya? Aku merasa sendiri.
Ketika aku terdiam, aku tak dapat
berpikir secara jernih. Apa yang harus kulakukan?
Ketika aku terdiam, aku tak dapat
melampiaskan amarahku. Aku memendamnya. Lebih sakit dari yang pernah
terpikirkan.
Ketika aku terdiam, aku tersudut
diantara pola pikir dan emosiku.
Namun ketika aku terdiam, aku
benar-benar belajar mengenai kesendirian dan keheningan.
Dan di sinilah aku, terdiam. Mulutku
terkunci secara rapat, pikiranku beradu dengan emosiku dan naluriku.
Aku tak dapat berbicara, atau tak ada
lagi yang perlu kubicarakan. Karenanya aku terdiam. Keheningan merasuki jiwaku
secara perlahan namun nyata. Kesepian mulai menyelubungiku. Aku ingin
melampiaskannya.
Dan di sinilah aku. Melampiaskan segala
hal yang ada di benakku. Di depan layar monitor, jemariku bergerak kesana
kemari memencet satu persatu tombol yang tersedia pada keyboard mungil ini. Aku
mengetik sesuatu. Kalaupun tidak, jemariku memegang pulpen dan menuntunnya tuk
menggoreskan tinta-tinta tersebut di atas kertas dan membentuk rangkaian kata.
Aku menulis.
Beginilah aku yang sebenarnya. Ketika
ku tak tahu apa yang harus kulakukan, hanya satu hal yang dapat menentramkan
hatiku, yaitu menulis. Dan ketika ku terdiam, aku berpikir apa yang harus aku
tulis selanjutnya.
Tidak semua manusia pandai dalam hal
berbicara, beberapa dari mereka lebih memilih tuk menuangkan segala pikiran
mereka ke dalam bentuk tulisan. Itulah yang membuat manusia membutuhkan satu
sama lain sehingga mereka saling melengkapi.
Dan beginilah bentuk diamku. Tak apa
jika kalian berkata aku memiliki berbagai kepribadian atau selama ini hanyalah
topeng? Haha tak ada yang dapat menerka. Satu hal yang penting bagiku. Diamku
dan diam kalian ini berbeda. Beginilah caraku bertahan. Kalian mau menerimaku
ataupun tidak, tidak menjadi suatu masalah bagiku. Yang terpenting, aku
bersyukur. Bentuk diamku ini menandakan bahwa aku masih dapat merasakan
berbagai hal yang telah menimpaku selama ini. Bentuk diamku ada karena kalian,
karena itu aku merasa senang. Aku merasa senang dengan bentuk diamku, terima
kasih :) bentuk diamku mengajarkanku bagaimana caranya bersyukur serta
menjalani segala hal dengan lapang dada, dan kuharap tanpa ada keluhan :) Ya,
semoga...
Arigatou, Peres Sar Arin
Brave Sakura <3
0 comments:
Posting Komentar