Sungguh ini aneh, tak banyak dari kita pasti
menginginkan kehidupan yang harmonis dan semuanya serba ada. Namun nyatanya,
Tuhan telah menentukan jalan hidup kita masing-masing.
“Apakah aku tidak bisa memilih orang tuaku
sendiri?”
“Jika aku terlahir kembali aku ingin memiliki
orang tua yang …”
Tidak jarang pula kalimat-kalimat di atas
terlontarkan dari mulut anak-anak yang pada umumnya tidak mengerti mengenai makna
kehidupan. Secara pribadi aku juga pernah berpikir seperti itu. Bagaimana jika aku
terlahir di keluarga ini, bagaimana jika aku memiliki keluarga yang seperti
itu, aku ingin mendapatkan kasih sayang dari keluarga itu, aku ingin menjadi
bagian dari keluarga ini… Random,
impossible, hallucinate. Dan bukanlah sebuah harapan, hanya sebuah imajinasi?
Bukan kita yang memilih hidup, melainkan hidup
itu sendiri yang akan memilih kita. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengubah
nasib, sehingga seiring berjalannya waktu hiduppun mulai berubah secara
perlahan.
Beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan
salah satu teman dekat waktu masih anak-anak yang sudah lama tidak berjumpa
denganku. Anggap saja ia bernama Erdi, ia lebih tua setahun dibandingkan aku.
Dulu, ia merupakan anak yang sedikit nakal namun ia bisa dibilang penurut.
Sejak orang tuanya bercerai ia menjadi semakin nakal, susah diatur, dan
pergaulannya sudah tak normal lagi bagi anak seusianya. Walaupun begitu ia
masih memiliki sisi yang lembut dan murah senyum. Ia memiliki seorang adik
perempuan, anggap saja namanya Syifa. Syifa berumur 11 tahun, tahun ini ia
menginjak bangku sekolah dasar tingkat ke 5. Kali ini Erdi berada pada pihak
sang ayah, dan Syifa berada pada pihak sang ibu sepenuhnya. Meskipun sibling
tersebut berpisah, mereka masih saling menyayangi satu sama lain,
karena bagaimanapun juga mereka adalah keluarga yang saling membutuhkan.
Entah itu kebetulan atau bagaimana, ketika aku
berkunjung ke rumah Erdi tak lama kemudian sang adik pun berkunjung pula.
Kedatangannya begitu disambut hangat oleh sang ayah serta Erdi, terlihat dari
sorot matanya gadis kecil tersebut terlihat sangat bahagia. Erdi dan Syifa pun
bermain dan bercanda bersama, sang ayah hanya melihat tingkah laku mereka dan
tersenyum dari kejauhan.
“Yah, tadi aku marahan sama mama, terus aku
bilang kalo aku mau pulang, mau ke ayah sama kak Erdi. Tapi sama mama nggak
boleh, “
Kebahagiaan yang dulu mereka punya telah sirna
perlahan-lahan meskipun mereka tetap tersenyum, tertawa bahkan terlihat dekat
seperti mereka yang dulu. Namun, beginilah takdir. Ia selalu datang tanpa ada
kabar, ia selalu mengejutkan setiap langkah, bahkan tak terduga. Sebenarnya
pengertian kebahagiaan menurut saya sendiri adalah kita dapat membuat orang
lain tersenyum, that’s enough for me :)
Peres Sar Arin
Brave Sakura :D
0 comments:
Posting Komentar