Teruntuk, kau yang diam-diam (masih)
mendoakannya.
Hai, ini aku. Kau pasti
mengenalku bukan? Ah tidak.. kata mengenal seperti terasa asing bagi kita. Aku mengetahuimu
semenjak kita menduduki tahun kedua di SMA, dan aku lebih ‘merasa’ mengenalmu
ketika salah seorang kenalanku berbicara banyak tentangmu. Setelah kutangkap
ternyata kalian adalah teman dekat di kelas yang sama, Bahasa.
Entah mengapa di hari ke 14 bulan
Februari ini suratku tertuju padamu. Ah iya, tepat di hari Valentine. Haha ini
bukan suatu kesengajaan, hanya saja aku ingin menuliskannya. Apa itu berarti
kau termasuk orang yang kukasihi? Ya semoga... aku ingin bersahabat denganmu,
bertukar ide dengan beberapa kesamaan dalam diri kita.
Jadi begini, kebiasaan burukku
yang sudah menjadikannya candu terulang kembali. Membuka salah satu akun media
sosial lalu aku menemukan sesuatu yang menarik rasa penasaranku. Benar-benar
keterlaluan bukan? Hehe, tapi aku beruntung rasa penasaranku ini berujung
padamu.
Dengan hobi yang sama, yaitu
menulis, aku menemukan banyak hal di dalam blogmu yang sederhana namun
menyentuh hati. Tentang novel barumu, tentang karakter-karakter yang kau
ciptakan, dan bahkan tentang seseorang yang (masih) kau doakan diam-diam. Maaf,
aku bukan bermaksud lancang hanya saja aku trenyuh dengan salah satu
postinganmu itu. Ah iya, tidak lupa diiringi dengan lagu "A Rocket To The Moon - Like We Used To." sebagai pengantar
suratmu ini..
Dengan hati yang tulus kau
menuangkan segala isi pikiranmu di dalamnya. Jujur saja aku ingin tahu apa yang
sedang merasukimu hingga kau menulis sebuah cerita tentangnya, sosok yang kau
rindukan, kau puja, dia yang mampu mengenalkan duniamu padanya hingga kau
terhanyut ke dalam dunianya tanpa paksaan, dia yang mampu mencintai dunianya
sepenuh hati, dia yang selalu meneduhkan hati ketika ditatap dengan harapan akan
mimpinya yang setinggi langit tak beratap, dan yang ku tahu, dia yang pernah
mengisi hari-harimu kala itu. Mungkin hingga sekarang? Entahlah...
Dia yang berjuang untuk mimpinya,
dan kamu yang terus mendukungnya hingga saat itu. Aku ingin tahu, bagaimana
perasaanmu ketika dia diterima magang di salah satu channel Internasional. Apakah
bahagia atau sedih? Atau kedua perasaan itu datang secara bersamaan dan sensasi
yang kau rasakan adalah... sama?
Dan aku tahu, semenjak
kepergiaannya kau sangat-sangat merindukannya. Dengan segala kelebihan serta
kekurangannya dia masih mampu membuatmu tersenyum dan merasa tersakiti
sekalipun.
Tapi, tidak kah kau tahu bahwa
dia sangat berterima kasih padamu. Menemaninya hingga dia mampu memasuki
gerbang impian yang teramat menjulang. Tidak kah kau tahu bahwa dia teramat
mencintaimu tidak peduli sekarang ataupun dulu.
Dan yang aku pahami, kau selalu
mendoakan yang terbaik untuknya. Iya, diam-diam mendoakan tanpa diketahui oleh
siapapun. Bahkan aku tak mengerti jika sampai sekarang kau terus mendoakannya,
mengapa? Entahlah.. hanya kau yang mampu menjawabnya.
Dan yang aku tahu, cintamu
padanya begitu tulus. Ingatlah bahwa ketulusan akan selalu membuahkan hasil. Kau
tidak perlu takut.
Kau tidak pernah menghilangkan
harapannya, saat ini dia sedang menggenggam harapannya dengan erat, dan jangan
sampai harapan itu terlepas.
Kau tidak pernah menghilangkan
semangatnya, hingga saat ini dia telah melakukan yang terbaik meskipun ada
kalanya dia terjatuh. Tapi jangan khawatir, hal ini manusiawi.
Tidakkah kau tahu? Kau lah
semangatnya kala itu, satu-satunya yang mau menemaninya dan membantunya berjuang
menggapai impian tersebut.
Kau mendorongnya lebih jauh,
meskipun kau tahu resikonya namun ini hanya untuk kebaikannya, iya kan? Seperti
busur panah, semakin kencang kau menariknya, anak panah akan melesat lebih jauh.
Meskipun jemarimu terasa sakit..
Apakah kau ingat dengan mimpi
yang pernah kau ukir dengannya? Lalu apakah kau akan menyerah dengan mimpi itu?
Atau kau akan membuangnya karena sudah tak ada lagi yang perlu diingat
tentangnya? Jangan. Jangan biarkan hal itu terjadi, gapailah impian itu
meskipun saat ini kau sudah tak lagi bersamanya. Hingga suatu saat nanti kalian
akan bertemu di persimpangan jalan, dengan tujuan yang sama. Kau akan berjalan
beriringan bersamanya, bukan lagi mengejarnya. Jangan pedulikan status, kau
hanya perlu menggapai impian itu. Dengan begitu kau bisa membuktikan padanya,
setidaknya dia pernah membuatmu bangkit meskipun jatuh terasa lebih
menyakitkan. Ingatlah, Tuhan tetap memeluk doa-doamu itu, Dia tidak akan pernah
melupakannya.
Aku harap impian kalian terwujud,
kapanpun itu. Aku tidak peduli bagaimana hubunganmu saat ini dengannya, aku hanya
ingin impian itu bukan sekedar omong kosong seperti di saat kau memiliki begitu
banyak ide namun tidak pernah kau tuangkan di atas kertas. Impian yang terburuk
adalah impian yang tidak pernah diwujudkan. Aku adalah orang pertama yang akan
melarangmu membatalkan impian itu.
Tetaplah berusaha, aku yakin
suatu saat nanti impianmu dengannya akan terwujud, alangkah baiknya jika kalian
kembali merajut kasih. Tetaplah berdoa, hal ini tidak akan mustahil jika kau
tetap menggenggam mimpinya.
Apakah aku terlalu banyak
berharap? Hehehe hanya saja aku kagum dengan perjuangan kalian berdua, meskipun yang kau tulis adalah analogi kisah kalian dahulu. Sungguh, aku
menyesal dengan keputusan terburuk kalian berdua. Jika saja aku ada saat itu,
aku akan menguatkan kalian bahwa mimpi kalian ada untuk diperjuangkan. Ah, maaf
aku tidak bermaksud menyinggung kejadian dua tahun silam dan aku tidak bermaksud sok mengenalmu, hanya saja aku terdorong untuk menuliskan surat ini kepadamu. Maaf juga jika aku
bisa-bisanya dengan mudah mengatakan hal ini kepadamu.
Ternyata, aku masih belum paham,
apa yang kau rasakan ketika kau kembali menuliskan kisah tentangnya. Aku harap
tidak ada dendam didalamnya, dan aku harap hal itu adalah secuil doamu
untuknya. Jangan merasa bersalah terus-menerus, hal ini malah akan membuat
impianmu kian pudar. Tetaplah berdoa untuk kebaikannya, kebaikanmu dan kebaikan
impian kalian.
Ketika dia mampu mewujudkan
impiannya, aku harap kau adalah orang pertama yang dituju dengan ucapan “Terima
kasih”-nya.
Kau yang masih mendoakannya,
semoga di hari kasih sayang ini kau mendapat berlimpah-limpah cinta dari
orang-orang di sekitarmu dan terutama dia yang (aku yakin masih) menyelipkan
doanya untukmu.
Tertanda, sahabat salah satu
sahabatmu dan kekasih teman dekatmu.
Salah satu kutipan novel (On going) “Sebelah Mata.”
0 comments:
Posting Komentar